Recent Posts

Senin, 20 September 2010

Richardus Kardis Sandjaja Pr

Richardus Kardis Sandjaja Pr dikenal juga dengan panggilan Romo Sandjaja. Ia terbunuh bersama Frater Hermanus Bouwens, SJ tanggal 20 Desember 1948 di dusun Kembaran dekat Muntilan, ketika penyerangan pasukan Belanda ke Semarang yang berlanjut ke Yogyakarta dalam Agresi Militer Belanda II. Romo Sandjaya dikenal sebagai martir pribumi dalam sejarah gereja Katolik  Indonesia. Romo Sandjaja (baca: Sanjoyo) lahir pada 20 Mei 1914. Beliau adalah seorang pastor (gembala umat) yang juga adalah seorang dosen seminari tinggi. Beliau melayani jemaat di Paroki Muntilan,Magelang. Ditahbiskan menjadi pastor dan mengucap kaul/janji imamat pada 13 Januari 1943. Walaupun pengabdiannya sebagai pastor tergolong singkat yakni 5 tahun dan akhirnya wafat, namun teladan hidup sucinya banyak menginspirasi umat Kristen dan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya (Jawa Tengah dan sekitarnya). Gereja Katolik telah menganugerahi gelar kesucian yakni Beato (yang artinya: pribadi yang mencapai kebahagiaan sejati). Beato levelnya satu tingkat dibawah santo/santa (saint).

Makam Romo Sandjaya di Muntilan sampai saat ini menjadi salah satu tempat ziarah umat Kristen (umumnya kalangan Gereja Kristen Katolik) di Indonesia. Namun pada karena sifatnya yang merakyat di masa hidupnya, tidak sedikit masyarakat umum yang mengunjungi makamnya, untuk sekedar menghormati jasa perjuangan beliau. Kesaksian kesembuhan mukjijat dan peristiwa adikodrati lainnya sudah sering terjadi sebagai hasil buah doa kepada yang Mahakuasa dan sangat berguna bagi pengembangan iman jemaat. Namun pihak gereja mewanti-wanti (mengingatkan) bahwa makam tersebut bukan makam keramat. Apalagi disalahgunakan untuk kepentingan yang bukan-bukan

5 komentar:

Dr. Nugroho mengatakan...

Jangan Takut Mengatakan Anda Katholik... Saya suka dengan semboyan itu.

Dr. Nugroho mengatakan...

Selama 66 th jadi Katolik, saya tdk pernah denger cerita ttg Romo Sanjaya ini pd homili... Mgkn ada baiknya pastor juga bercerita ttg org2 spt romo ini, tdk hanya khotbah teologi yg sulit dicerna. Maaf... Paus Fransiskus sendiri menginginkan khotbah yg mudah dicerna. Mgkn diselipi cerita spt ini? Sekali lg maaf.

Unknown mengatakan...

Apresiat untuk tulisan ini pak. Kalau boleh, dimana kira2 ada sumber atau kajian tentang romo sanjoyo? Kebetulan saya sedang melakukan penelitian tentang romo sanjoyo. Terima kasih, berkah dalem

Unknown mengatakan...

Apresiat untuk tulisan ini pak. Kalau boleh, dimana kira2 ada sumber atau kajian tentang romo sanjoyo? Kebetulan saya sedang melakukan penelitian tentang romo sanjoyo. Terima kasih, berkah dalem

Esti Pertiwiningsih mengatakan...

Tdk disangka setragis itu akhir pengabdian Romo. Sesekal saya dengar ttg Romo Sandjaya dr kalangan keluarga. Alm. ayah (R.J. Rahmat) jg berasal dr Sedan dan ada paman yg biasa dipamggil pak Wel (entah kepanjangannya). Sdh ± 60 th saya kehilangan kontak dg keluarha Sedan. Pd th '70-an seorang suster (lupa nama) berkunjung ke rumah ayah (di Nusukan, Solo) dan diperkenalkan sbg keluarga ayah dan adik Romo. Bisakah saya dihubungkan dg suster tsb untuk mendapat info ttg keluarga saya di Sedan. Salam hormat. Titiek_Makassar

Posting Komentar