Ipoet adalah seorang anak umur empat tahun.
Suatu hari, Ipoet pergi ke luar kota bersama orangtuanya. Di stasiun bis ia heran melihat orang berteriak-teriak tanpa istirahat.
"Semarang, Semarang, Bu, Pak, mari, Semarang segera berangkat .....!"
Ipoet heran. Ketika bis berangkat, si orang yang berteriak-teriak itu tidak ikut ke Semarang.
"Papa," tanya Ipoet pada papanya. "Itu siapa sih, Pa? Tadi ngajak- ngajak ke Semarang, kok sekarang nggak ikutan?"
"Itu namanya calo, Ipoet. Biar dia teriak sampai pagi, nggak bakalan dia ngikut ke mana bis ini pergi."
"Ooh," sahut Ipoet penuh maklum. "Kalau begitu Papa nggak usah jadi pendeta saja."
"Lho, kenapa?" tanya papanya kaget.
"Papa sering ngajakin orang masuk ke surga, kan. Hati-hati, lho! Mungkin Papa sendiri nggak bakalan ke sana!"
"Lho, Papa kan bukan calo!"
Suatu hari, Ipoet pergi ke luar kota bersama orangtuanya. Di stasiun bis ia heran melihat orang berteriak-teriak tanpa istirahat.
"Semarang, Semarang, Bu, Pak, mari, Semarang segera berangkat .....!"
Ipoet heran. Ketika bis berangkat, si orang yang berteriak-teriak itu tidak ikut ke Semarang.
"Papa," tanya Ipoet pada papanya. "Itu siapa sih, Pa? Tadi ngajak- ngajak ke Semarang, kok sekarang nggak ikutan?"
"Itu namanya calo, Ipoet. Biar dia teriak sampai pagi, nggak bakalan dia ngikut ke mana bis ini pergi."
"Ooh," sahut Ipoet penuh maklum. "Kalau begitu Papa nggak usah jadi pendeta saja."
"Lho, kenapa?" tanya papanya kaget.
"Papa sering ngajakin orang masuk ke surga, kan. Hati-hati, lho! Mungkin Papa sendiri nggak bakalan ke sana!"
"Lho, Papa kan bukan calo!"
0 komentar:
Posting Komentar